Cari Blog Ini

Minggu, 21 Februari 2010

Catatan Yang Terpendam



Apa yang mau disembunyikan dari sebuah kenyataan? Kertas setebal apapun, dan argumentasi yang kuat tetapi dibuat-buat tidak akan mampu menyembunyikan bau kenyataan yang menyengat, dan kenyataan itu hadir dalam sebuah catatan yang aku temukan dari tumpukan kertas di kamar atas sebelah kiri sebelah halaman untuk menjemur pakaian.

Catatan itu tidak begitu rapih, dan kusam, dari cara menulisnya yang menggunakan gaya sambung, aku dapat terka sedikit bahwa itu tulisan seseorang yang sekarang mungkin sudah berumur, sebenarnya diatas judul tulisan itu, aku temukan sebuah rekaman tanggal juga tahun serta sebutan hari untuk orang Jawa, tetapi aku tidak tahu persisnya. Kertasnya sudah hampir berwarna coklat, dan tulisannya sulit untuk aku mengerti perkatanya. 

Kaca mata dari optik ternama pun mungkin akan sulit untuk membantu mata yang sudah 24 tahun nempel dikepalaku, akh indra..inikah keterbatasan yang diberikannya padaku? Kalau aku ada nyali mungkin sudah waktunya catatan ini aku kirmkan ke Perpustakaan Nasional, dan tunggu uang imbalan! Tidak perlu repot, karena kisah ini sendiri adalah bualan, dan aku rasa hanya omong kosong! Catatan tentang seseorang yang kemudian aku kenal dengan nama "Jampiat"

Selasa, 16 Februari 2010

Pak Dul Sang Pembalap


Waktu itu mungkin sekitar pukul sembilan malam, dan semua orang yang sakit di dalam sebuah panti pijat itu sudah tidur semua. Yang tersisa kemudian hanya ada saya dan sebatang rokok Dji Sam Soe, waktu itu pikir ku begini
"Karena di panti patah tulang ini tidak boleh merokok, maka tidak ada salanya mencuri-curi asap di malam hari, daripada besok pagi tidak bisa merokok"
Akhirnya diri ini pun memberanikan diri untuk keluar kamar dan merokok sepuasnya (dasar pengangguran!!!!).

Nah waktu asyik merokok, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak. Tubuhnya gemuk....kulitnya hitam dan wajahnya seram mirip perawakan orang batak (padahal Sunda) di mata kebanyakan orang, tubuhnya gemuk sehingga kadang nafasnya saat berjalan saja aku bisa dengar.

Abdullah namanya, dan Pak Dul panggilannya, dan dari sebuah perban yang menyelimuti kakinya, dia keluarkan sebatang rokok filter dan bilang begini :
"Jat saya minta apinya dong...."

Dan aku jawab begini
"Lho bukannya tidak boleh merokok?" kataku heran.

Kemudian ia jawab begini
"Itu kan kalau ada bu haji" dan merokoklah kami berdua.

Malam itu semakin menggila, karena sebatang rokok itu akhirnya menjadi sebungkus rokok Dji Sam Soe, dan semua itu karena aku harus membeli sebungkusnya dengan cara keluar rumah....dan berceritalah kami berdua. Entah kemana akhirnya, dan semuanya terdengar basa-basi! Mulai dari hidup sebagai pria, pekerjaan yang tiada hentinya,dan cinta yang urung juga datang, hingga harga tanah di sekitaran Karawang yang lumayan murah.

Yup...di sela-sela obrolan itu, tersisip satu buah cerita yang Pak Dul sodorkan pada telingaku
Dia punya cerita begini:
"Ti saya ini heran kenapa kok saya ini bisa kecelakaan ,motor...padahal dulu saya jago sekali kalau bicara ngebut"

Dan sebagai penghormatan maka saya pun mengagguk untuk menghormati, kemudian senyum sedikit, dan mendengar lagi ceritanya:
" Dulu saya mah biasa ngebut dari Karawang sampai ke Ancol...dari nganter orang sampai nganter belut"

Aku terus mendengar sambil terus berpikir tentang ujian PNS yang tidak dapat aku tembus saat itu, peduli setan dengan cerita orang gemuk ini, tapi lihat aku tetap dengar dan tuliskan.
"Wah belut di tempat saya besar-besar dan sehat2, semua orang suka belut saya" katanya sambil terus menatap ke atas awan seakan sedang mencari bintang yang mengkilap. Kemudian bercerita kembali.

"Waktu itu saya pernah sekali waktu nganter belut malem-malem, karena memang kalau malam itu jalanan sepi dan enak buat ngebut...ada mungkin sekita dua karung beras saya bawa. Nah selama di perjalanan tidak seorang pun saya lihat, dan spedometer saya seperti ingin menembus kaca!ha....saking negbutnya....Nah pas di tengah jalan tiba-tiba aja ada motor anak muda, jadi agak saya pelankan, mungkin sekitar 80meter-an. Saya lewat dan saya kasih klakson untuk bilang permisi" katanya menggebu-gebu, kemudian mengambil satu batang rokok, dan kali ini aku semakin penasaran akan ceritanya.

Dan ia kembali bercerita:
"Belum ada setengah jalan tiba-tiba ada motor klaksonin saya terus....nah pas di situ ada lampu merah...saya lihat di kaca spion eh ternyata motor anak muda tadi...udah aja saya terobos lampu merah. Di Karawang kalau kita di klaksonin berarti kita itu di ajak ngebut, wah belum tahu dia kalau saya biasa di sebut 'Dul si Supra Fit" udah aja saya kebut tanpa pernah lihat lagi spedo meter, anak muda kurang ajar dan tidak tahu apa-apa. Satu, dua hingga tiga truk saya lewati tanpa pernah takut.....eh kok dia masih klaksonin saya, lalu saya pikir wah ini pasti karena mesin motor saya!" katanya menyesal, dan terus menggaruk koreng disekitaran perban yang melilit lututnya.

Dan kembali bercerita
"SIAL!!! dan saya kebut tanpa lihat spedometer, tanpa lihat mesin dan tanpa lihat spion!!!! Jangan sampai saya di balap!Satu, dua tiga hingga tiga kelokan saya lewati layaknya saya ini Valentino Rossi! Dia masih klakson saya! benar-benar KURANG AJAR!!!!!!!! Dan terus saya kebut, kali tanpa lihat jalan!!!! Agar anak muda itu tahu SIAPA PAK DUL!!!!!!Akhirnya saya tidak mendergar klakson itu" katanya sambil melihat ku yang mulai tertarik mengikuti alur ceritanya.

Mulutnya mengepulkan asap dan kemudian bercerita kembali:
"Tiba---tiba---saya di klakson lagi!!!! dan itu anak muda itu, SIALNYA saya ketemu lampu merah di jalan besar, dan saya harus berhenti. Kali ini biar saya marahi dia! buat saya kalau mau balapan jangan sama motor yang mesinnya standar dong!!!" ucapnya menambahi, dan tangganya masih saja menggaruk dan mulutnya bercerita:
"Kalau dia tetap klakson saya lagi, terpakasa tangan ini harus MAMPIR di mukanya!!!!
Lama sekali lampu merah itu untuk ganti warna, dan klakson itu semakin dekat semakin terdengar!!!! SIAL....saya harus terobos lampu merah itu. SIALNYA.....belum juga ganti tuh lampu merah...anak muda itu sudah berada di samping saya. Saya sudah siap tonjok....dan dia bilang begini.....

"PAK BELUTNYA JATUH SEMUA ITU....."

Dan ditengah malam, cekikan mentertawai dirinya sendiri terdengar ironis, sambil berkata:
"HAH!!!!dan benar aja, belut saya yang tiga karung jatuh semua!!!Pantas saya bisa ngebut terus!!!!! Terpaksa saya jalan mundur dan, belut----belut----belut itu sudah terkapar, ada yang mati dan ada juga yang jalan ke sawah!!!!Ternyata saya bukan Valentino Rossi, tapi Valentino Rossidi!"


Aduh....pak Dul....pak Dul......